Yap...
Pada hakikatnya gw paling malas buat memposting tugas-tugas gw ke blog. Tapi berhubung semua tugas itu pasti sama pentingnya, setelah melalui pemikiran yang cukup panjang serta menghabiskan banyak dana untuk mengambil keputusan yang teramat berat ini, akhirnya gw mutusin buat ngePOSTING ini tugas!!!!
hitung-hitung nyari pahala,,,kata Ustad-Ustad sih Amal Jariyah,,,yang pahalanya ngalir terus selama masih kepake ama orang lain...
Check it out!!!!!
A. Pengertian belajar
Belajar merupakan kegiatan esensial dalam pengajaran, juga terkait dengan berbagai faktor yang dapat memberikan perubahan pada siswa. Faktor siswa, guru serta faktor lingkungan secara menyeluruh merupakan faktor-faktor yang berpengaruh. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya belajar itu ?
Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :
• Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
• Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
• Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
• Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
• Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
• Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”
• Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, : “ belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu “.
• Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
• Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
• Menurut T. Raka Joni (1981) bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh matangnya seseorang atau perubahan yang bersifat temporer.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan individu dan menyebabkan adanya perubahan tingkah laku sebagai responden terhadap lingkungan, baik langsung ataupun tidak langsung.
Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.
B. Belajar Dapat Mengubah Tingkah Laku
Belajar dapat menghasilkan suatu perubahan tingkah laku dan sikap secara pasti. Namun cepat atau lambatnya suatu perubahan itu terjadi kembali lagi pada diri masing-masing individu yang bersangkutan. Hal ini jelas tergambar dalam teori Behavioristik yang di kemukakan oleh Gage dan Berliner. Ia menyatakan bahwa perubahan tingkah laku adalah hasil dari pengalaman, yang pengalaman itu sendiri kita dapatkan dari suatu proses belajar. Baik itu secara sadar maupun tak sadar.
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1.Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.
2.Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
3.Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru.
4. Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.
5. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.
6. Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
1. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
2. Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.
3. Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
4. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
5. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam :
1. Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
2. Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
3. Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
4. Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.
5. Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).
6. Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.
7. Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).
8. Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu.
9. Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.
Sedangkan menurut Bloom, perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya.
C. Mengapa Kita Mengacu Pada Praktek Atau Tindakan?
Konsepsi tentang belajar berkembang seiring dengan dinamika kehidupan manusia dan lingkungan strategis yang terus berubah. Berkembangnya konsepsi belajar selalu diikuti dengan berkembangnya praktek pembelajaran. Dengan demikian, Belajar dan pembelajaran adalah merupakan dua konsepsi yang tidak bisa dipisahkan.
Para praktisi dan ilmuwan pembelajaran memahami bahwa kegiatan belajar dan tindakan pembelajaran adalah proses yang sangat kompleks yang melibatkan berbagai variabel internal dalam diri si belajar, serta membutuhkan stimulan dari luar berupa upaya-upaya untuk membelajarkan si belajar. Jadi kegiatan belajar pasti selalu terkait erat dengan tindakan pembelajaran. Oleh karena itu pemahaman tentang proses belajar akan sangat berguna bagi Gadik dalam mengembangkan tindakan pembelajarannya, sehingga si belajar akan dapat lebih mudah dalam melaksanakan proses belajarnya.
Sering kali para praktisi dan pengembang pembelajaran kurang bisa membedakan antara teori belajar dengan teori pembelajaran, sehingga menimbulkan kesalahpahaman, yang akan berakibat pada aplikasi tindakan pembelajaran yang kurang tepat. Senebarnya perbedaan utama antara teori belajar dengan teori pembelajaran adalah bahwa teori belajar fokus utamanya pada proses belajar dalam diri si belajar, sedangkan teori pembelajaran fokus utamanya pada upaya-upaya yang dilakukan gadik dalam proses pembelajaran. Jadi teori belajar menitikberatkan pada apa yang terjadi pada internal si belajar sedangkan teori pembelajaran menitikberatkan pada upaya-upaya eksternal yang dilakukan Gadik agar si belajar mudah dan mau belajar.
Peristiwa belajar yang dialami oleh si belajar dipengaruhi oleh pandangan terhadap proses belajar itu sendiri (view of learning). Terdapat tiga pandangan besar terhadap proses belajar yang terbagi dalam tiga pendekatan teori belajar yang berkembang sampai saat ini, yaitu: teori behaviorisme, kognitivisme dan konstruktivisme. Ketiga pendekatan teori belajar ini memberikan panduan sampai pada tataran praktek (aplikasi) berupa tindakan pembelajaran.
1. Pandangan Teori Behaviorisme
Teori ini berpandangan bahwa belajar adalah merupakan proses perubahan perilaku. Dari perspektif perilaku, belajar adalah menerima respon dari stimulus yang dapat diukur dan diobservasi. Belajar dapat dicapai melalui perilaku yang tepat dari sejumlah respon dan melalui pendekatan penguatan. Manusia belajar melalui respon yang diharapkan terbentuk secara berangsur angsur. Penganut aliran behaviorisme ini diantaranya: Pavlov (1849-1936), John B. Watson (1878-1958), Thordike (1874-1949) dan Skinner (1904-1990).
Penerapan dari teori behaviorisme ini memberikan seperangkat petunjuk rancangan pembelajaran yang sistematik dan terorganisasi. Gadik selaku perancang pembelajaran harus mengikuti langkah-langkah dan kemajuan individual si belajar. Materi diorganisasi dan diprogram secara sistematis sehingga yang belajar harus mengikuti urutan yang tepat.
2. Pandangan Teori Kognitivisme
Mayers mengemukakan belajar dipandang sebagai perolehan pengetahuan. Hal ini merupakan cermin dari teori kognitif, yang didominasi oleh model prosesing informasi dari memori manusia. Teori kognitif dimulai pada tahun 1960 an dan berlanjut sampai dengan sekarang. Teori belajar ini menekankan pada studi tentang model dan proses mental seperti berfikir, mengingat dan pemecahan masalah. Struktur memori kunci dan prosesnya diidentifikasi, dikiaskan sebagai komputer dari sistem memori manusia. Memori dan pengingatan kembali tergantung pada prosesnya. Informasi baru dibangun diatas struktur pengetahuan. Kontrol pelaksana internal sangat dibutuhkan untuk memperoleh sistem sepenuhnya sehingga berfungsi secara efektif.
3. Pandangan Teori Konstruktivisme
Sejak tahun 1980an, muncul pandangan baru tentang belajar yakni teori konstruktivisme. Dalam pandangan teori konstruktivisme, proses belajar adalah merupakan aktifitas internal si belajar dalam membangun atau mengkonstruksi pengetahuan.
D. Apa Belajar Tergantung Pada Pengalaman?
Belajar dalam situasi pembelajaran adalah perubahan dalam disposisi manusia atau kapabilitas yang berlangsung selama satu periode tertentu dan yang tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan dan kematangan. Perubahan dalam bentuk belajar menampakkan diri dalam perubahan pola pikir dan perilaku. Perubahan ini boleh jadi berupa peningkatan kapabilitas untuk kerja. Hasil belajar bisa juga berupa perubahan disposisi pengetahuan, sikap, minat, ketrampilan dan nilai. Hasil belajar yang sesungguhnya sifatnya tidak sementara, akan tetapi relatif permanen/menetap.
Pengertian Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang telah dialami (Chaplin, 1968). Dalam hidupnya orang dewasa mempunyai banyak pengalaman yang beraneka ragam. Pada masa kanak-kanak pengalaman merupakan hal yang baru sehingga dalam proses belajar orang dewasa pengalaman dianggap sebagai sumber belajar yang sangat kaya.
Bagaimana seseorang memperoleh pengalaman dapat dibedakan dalam dua cara yaitu (1) memperoleh pengalaman dengan cara tidak sengaja, yaitu apa yang dialami oleh seseorang dengan tidak sengaja itu dimasukkan dalam ingatannya; (2) memperoleh pengalaman dengan sengaja yang kemudian dimasukkan dalam ingatannya.
Belajar Dari Pengalaman
Belajar dari pengalaman dapat dibedakan dalam dua cara yaitu :
1. Dengan cara tidak sengaja
Memperoleh pengalaman dengan cara tidak sengaja, yaitu apa yang dialami oleh seseorang dengan tidak sengaja itu dimasukkan dalam ingatannya. Hal ini jelas terlihat pada anak-anak, contohnya gelas kalau jatuh dapat pecah, kayu itu keras kalau dipukulkan ke tubuh bisa menimbulkan rasa sakit. Pengalaman-pengalaman ini disimpannya dalam ingatan sebagai pengertian-pengertian.
2. Dengan cara sengaja
Seseorang memperoleh pengalaman dengan sengaja yaitu apabila seseorang dengan sengaja memasukkan pengalaman-pengalaman dan pengetahuannya dalam psikisnya. Dalam bidang ilmu pada umumnya orang akan memperoleh pengetahuan dengan sengaja. Dengan demikian orang dengan sengaja mempelajari hal-hal atau keadaan-keadaan yang kemudian dimasukkan dalam ingatannya.
Orang dewasa telah memiliki sejumlah pengetahuan, sikap dan ketrampilan tertentu. Pada diri orang dewasa seringkali timbul keinginan untuk menambah pengetahuan untuk meningkatkan kinerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Orang dewasa akan termotivasi untuk belajar apabila mereka menyadari akan adanya kebutuhan yang dirasakan (felt needs), untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
Menyadari kenyataan bahwa orang dewasa sebagai pembelajar berasal dari latar belakang berbeda, pengalaman yang bervariasi dan beragam, pada tempatnya apabila orang dewasa menjadi subjek didik difungsikan sebagai sumber belajar bagi subjek didik lainnya. Proses pembelajaran orang dewasa lebih bersifat tukar menukar pengalaman (sharing experience) yang biasanya dipandu oleh pengajar.
Orang dewasa cenderung mempelajari hal-hal praktis dan tidak semata-mata yang teoritis. Orang dewasa akan belajar efektif apabila pada saat mempelajari sesuatu langsung sambil mempraktikannya (learning by doing). Seperti apa yang dikatakan ahli pendidikan orang dewasa dari negeri China, Kong Fu Chu, yang pada intinya mengatakan bahwa efektivitas belajar tinggi apabila subjek langsung mengerjakannya dan mengalaminya (experiential learning). ”Saya kerjakan dan saya mengerti”. Dalam pendidikan orang dewasa pengajar dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan baru yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah mereka kuasai, pengalaman yang telah dimilki, sikap yang sudah tertanam, kemampuan yang tersedia dan kerangka pikir yang telah dimiliki dalam bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar