A. Didaktik Olahraga Sebagai Teori Pengarana Olahraga
1. Kedudukan Didaktik Olahraga
Didaktik olahraga diartikan sebagai ilmu tentang mengajar dan belajar, yang membicarakan tentang kegiatan pengajaran olahraga yang dipersiapkan dan disusun secara teoritis (Schmitz,1983:342).
Ilmu-ilmu yang mencangkup dalam ilmu pengetahuan olahraga ialah dasar-dasar ilmu pengetahuan olahraga, medisim olahraga, sosiologi olahraga, sejarah olahraga, psikologi olahraga, dan sebagianya.
2. Didaktik Olahraga Sebagai Teori Pengajaran Olahraga
Didaktik olahraga didasarkan pada teori belajar yang diperluas dan disempurnakan dengan fenomena interaksi, yang memperhatikan pernyataan dan pengetahuan model didaktik umum lainnya, yang memperhatikan didaktik umum lainnya, yang memperhatikan perkembangan didaktik khusus olahraga.
a. Bidang persyaratan
Adapun kondisi-kondisi yang turut menentukan kebijaksanaan tentang pelaksanaan pengajaran :
1) Kondisi masyarakat yang berkenan dengan harapan masyarakat terhadap olahraga sekolah dan norma social
2) Kondisi institusi yang berhubungan dengan teori sekolah
3) Kondisi guru yang membicarakan tentangkualitas kemampuan dan ketrampilan serta wewenang yang dimiliki guru
4) Kondisi murid yang menguraikan tentang perkembangan dan bantuan perkembangan murid
b. Bidang keputusan
Hal-hal yang diputuskan dalam bidang ini adalah :
1) Tujuan pelajaran yang dapat dikategorikan atas tujuan motorik, kognitif, agektik dan social
2) Materi pelajaran terdiri dari gerakan, permainan olaharag dan pengetahuan tentang olahraga
3) Metode pengajaran yang dapat dikelompokan atas kegiatan metode, konsep, dan strategi metode
4) Bentuk-bentuk pengajaran organisasi pengajaran yang diatur secara frontal, berteman, berkelompok, individual dan termasuk dalamnya interaksi dan gaya pengajaran
5) Bentuk-bentuk kegiatan dan penyampaian pengajaran olahraga
c. Bidang evaluasi
Dalam mengajar diharapkan agar tujuan yang tealh ditetapkan dapat tercapai. Dan untuk mengetahui apakah tujuan ini sudah benar-benar tercapai atau belum maka diadakanlah suatu evaluasi.
B. Persyaratan Kondisi Pengajaran Olahraga
1. Sekolah dan Masyarakat
a. Teori sekolah dan politik pengajaran
Adapun tujuan dari sekolah adalah sebagai berikut :
1) Memberantas buta aksara
2) Memajukan taraf hidup rakyat dengan macam-macam pengetahuan
3) Member pandangan hidup yang lebih luas
4) Menyiapkan untuk skill tertentu
5) Agar kelak mudah membimbing keluarga
6) Member keseimbangan
7) Usaha peningkatan kesejahteraan keluarga
Politik pengajaran dijalankan oleh sekolah, a kan ditentukan oleh kebutuhan pada saat itu. Yang menjadi sasaran dari pendidikan bukanlah aspek pedagogis saja, namun juga aspk olahraga itu sendiri.
b. Norma-norma social dan harapan masyarakat
Olahraga sekolah sanagt erat kaitannya dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat sekitar. Misalnya seperti norma agama, adat istiadat atau budaya setempat. Dan harapan masyarakat pun telah jelas tertuang dalam TAP MPR-RI No. II/MPR/1983 tentang GBHN.
2. Murid dan Guru
a. Murid
Pelaksanaan olahraga salah satunya adalah elemen kehidupan dan fisik dalam hubungan social adalah gerakan. Grupe (1976:77) membagi gerakan menjadi 4 :
1) Arti Instrumental
2) Arti Eksplorasi
3) Arti Sosial
4) Arti Personal
b. Perkembangan dan bantuan perkembangan
1) Masa kanak-kanak awal (1-6 tahun)
2) Masa kanak-kanak akhir
3) Masa pubertas
4) Masa adolescence
c. Kualifikasi guru olaharaga
1) Tugas dan cirri guru yang baik
a) Membentuk kepribadian anak
b) Sebagai perantara dalam belajar
c) Sebagai pembimbing
d) Sebagai penegak disiplin
e) Pekerjaan guru sebagai suatu profesi
2) Kompetensi guru olahraga
a) Kompetensi Pribadi
b) Kompetensi Profesi
c) Kompetensi Kemasyarakatan
d. Sikap Guru
1) Gaya kepemimpinan Otokratis-Dominativ
2) Gaya kepemimpinan Laisassez-Faire
3) Gaya kepemimpinan Integrasi Sosial
C. Tujuan dan Meteri Pengajaran Olahraga
1. Fungsi Olahraga Sekolah
a. Kesehatan
b. Rekreasi
c. Pendidikan
2. Tujuan Belajara dan Tujuan Pengajaran
Tujuan dari pengajaran olahraga ini direalisasikan dalam proses perbaikan kemampuan ketrampilan oragnisme, perbaikan kemampuan fisik, latihan ketrampilan gerak dan ketrampilan olaharaga, penyampaian pengetahuan tentang kebijaksanaan olahraga, teori olaharaga kesehatan, dan cara bertingkah laku yang sesuai (Stiehler, 1979:57).
3. Materi Belajar Pengajaran Olahraga
4 komponen kemampuan yang tercangkup dalam bahan pelajaran olahraga menurut Stiehler (1979:76) :
a. Bermacam-macam latihan jasmani, permainan kompetisi
b. Pendirian idiologis
c. Komponen dasar tentang pengertian, aturan dan norma serta fakta yang harus diberikan kepada murid
d. Cara bekerja olaharaga atau cara berlatih olaharaga begitu juga metode-metode yang harus dikuasai murid.
D. Bentuk-bentuk Penyampaian dan Kegiatan Olahraga
1. Belajar
a. Belajar Motorik
Belajar motorik digambarkan selesai system umpan balik dan yang paling sering sebagai perkembangan menurut fase-fase (Meinel).
b. Belajar Sosial
Dalam olahraga sekolah hal ini direalisasikan melalui permainan olahraga dan permainan kecil.
c. Belajar Kognitif
Belajar kognitif ini bermula terjadi melalui metode yang beraneka ragam.
2. Berlatih
Adalah pelaksanaan yang berulang-ulang suatu ketrampilan gerak yang baru dipelajari dengan tujuan pemantapan aksi dan sikap motorik (Grossing, 1983:168).
3. Training
Menurut Fetz (1979:52) adalah latihna tertentu yang terencana dan efektif serta intensif sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi yang optimal. Sedangkan Keuser (1978) mengatakan bahwa tujuan training dalam pengajaran olahraga memang hanya berhubungan dengan kemampuan prestasi fisik dan kemampuan motorik olahraga.
Adapun perbedaan antara berlatih dengan training menurut Hildebrent (1980) adalah : yaitu latihan dipandang sebagai sarana untuk perbaikan struktur gerakan sedangkan training terutama sebagai alat untuk perbaikan factor prestasi fisik kekuatan, kecepatan, daya tahan dan kelentukan.
4. Bermain
Pendidikan untuk permainan merupakan sumbangan untuk belajar social. Pendidikan permainanolahraga dalam sekolah adalah penerimaan peraturan yang tidak membabi buta, melainkan penerimaan secara kritis dan tidak hanya mengambil alih, melainkan penciptaan peratuaran permainan yang baru.
5. Prestasi
Prestasi adalah kategori dasar dan terdapat sebagai dasar kegiatan pada semua disiplin olahraga. Sebagai bentuk kegiatan khusus, prestasi dlam artian sempit terikat pada prestasi olahraga atletik, senam, renang, dan sebagainya.
6. Pertandingan
Pertandingan atau kompetisi adalah merupakan prinsip oalaharag yang dalam olaharaga sekolah dijadikan criteria pedagogic, tapi sama sekali tidak kehilangan wewenang.
7. Pembentukan
Untuk olahraga sekolah, Seybold (1972:101-124) menarik konsokuen didaktik untuk pembentukan penyusunan gerak.
8. Pembicaraan
Guru cukup memberikan instruksi gerakan dan tugas gerakan dengan singkat dan jelas dan ia membicarakan hal-hal khusus bersifat teknis dan taktis, memberikan petunjuk organis dan kedisiplinan dan cukup dengan ucapan yang memberikan semangat, memuji yang bersifat menegur.
E. Metodik Umum Pengajaran Olahraga
Metode berasal dari bahasa Latin ” Meta ” dan ” Hodos “. Meta artinya jauh (melampaui), Hodos artinya jalan (cara). Metode adalah cara-cara mencapai tujuan. Sedangkan pengertian mengajar menurut Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
Sedangklan Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.
1. Kegiatan Metodik
a. Kegiatan Verbal
1) Penggambaran dan penjelasan gerakan
Yaitu pengambaran gerakan yang memberikan dan menyampaikan kemapuan senso-motorik secara lisan maupun tertulis melalui fase-fase kerja dan dinamika secara waktu, sedangkan penjelasan gerakan yaitu sebagai informasi tambahan.
2) Pemberitahuan gerakan dan tugas gerakan
Tugas gerakan merupakan kegiatan yang memerlukan waktu yang panjangdalam belajar motorik.
3) Bantuan gerakan akustik
Dalam hal ini guru dituntut kreatif agar pengajaran yang ia berikan tidak terkesan monoton. Misalnya pada mengajar gerakan dan koreksi gerakan, seperti melalui pita kaset yang sanagt berperan dalam senam dan tari.
4) Pembicaraan pelajaran
Interaksi antar murid akan menimbulkan suasana belajar yang baik dan juga dapat menimbulkan motivasi belajar.
b. Kegiatan Visual
1) Demontrasi
Kegiatan demontrasi ini akan menimbulkan ransangan dalam belajar terhadap para peserta didik. Misalnya saja melalui kegiatan yang seperti ini peserta didik dapat meniru gerakan yang dipergakan oleh gurunya.
2) Pertunjukan melalui Media Visual
Melalui media visual para peserta didik akan lebih tertarik untuk belajar dan menjadi motivasi tersendiri dalam diri setiap peserta didik.
c. Kegiatan Audio Visual
1) Teknologi Pengajaran
Di era globalisasi ini hamper setiap seklah telah menyediakan alat bantu belajar audio, maupun visual untuk mempermudah para guru.
2) Media Didaktif
Pemberian informasi dalam proses pembelajaran motorik dapat dilakuakn dengan verbal, visual kombinasi verbal-visual. Ada beberapa syarat yang menjadi factor kejelasan motorik informasi dalam belajar pada belajar motorik :
a) Gerakan harus bebas dari kesalahan
b) Gerakan harus dapat diamati
c) Urutan kunci ditonjolkan secara khusus
d) Gerakan harus dapat diulang sesuka hati dan urutan jalanya gerakan tetap sama
d. Kegiatan Intrumental-Taktik
1) Koreksi gerakan
Yaitu kemapuan abstraksi yang luas. Alat-alat dan bantuan lapangan/medan dan pemberian tugas yang berubah-ubah merupakan saran koreksi gerak.
2) Bantuan gerakan
Yaitu bantuan belajar yang diberikan pada kegiatan belajar dan berlatih ketrampilan motorik yang dalam pengajaran olahraga berwujud orang, benda dan medan/lapangan.
2. Metode Mengajar
a. Metode Mengajar Induktif dan Deduktif
Metode induktif sedikit memperhatikan konsep gerakan pada proses belajar. Sedangkan metode deduktif merupakan cara yang efektif dan ekonomis untuk mencapai tujuan belajar motorik.
b. Metode Keseluruhan dan Metode Elementer
Metode keseluruhan atau sintesis (Grossing, 1983) dan belajar merupakan belajar secara keseluruhan Fetz (1979) juga disebut belajar secara global.
Sedangkan metode Elementer juga disebut metode analisis yaitu membagi suatu ketrampilan atas bagian-bagian gerakan yang berarti dalam proses belajar bagian-bagian tersebut dipelajari dan dilatih (Grossing, 1983).
3. Rangkaian Metodik
Rangkaian metodik ini adalah cara mengajar yang mempersatukan sebagian metodik dan disusun dengan tujuan untuk memungkinkan murid mempelajari ketrampilan motorik dan sikap=sikap olahraga, perbaikan ketrampilan motorik dengan cara yang terencana dan aman.
a. Rangkaian Latihan Metodik untuk Ketrampilan Motorik
Fetz (1979:148) menyatakan bahwa suatu rangkaian itu terdiri dari latihan persiapan, pendahuluan dan latihan tujuan. Fetz (1979:150) juga mengatakan bahwa pada latihan rangkaian latihan metodik untuk belajar ketrampilan sensomotorik dibagi menjadi 3 tipe yaitu :
1) Prinsip pengurangan bantuan belajar
2) Pendekatan bertahap
3) Pemecahan kedalam bagian satuan yang fungsional
b. Rangkaian Latihan untuk Perbaikan Kondisi (Kemampuan Dasar Motorik)
Menurut Fetz (1979:157) perbaikan kemampuan dasar motorik daya taha, kecepatan, kekuatan, kelentukan dan keseimbangan adalah juga bidang dalam penerapan rangkaian latihan metodik.
F. Pengorganisasian dan Bentuk-bentuk Pengajaran Olahraga
1. Bentuk-bentuk Dasar Pengorganisasian
a. Bentuk-bentuk Pembagian/Pengelompokan Murid
Pada pengajaran praktek dapat dilakukan pembagian/pengelompokan murid atas kelompok, kelompok prestasi, kelompok yang berubah-ubah, regu, berteman masing-masing murid (individu), juga bekerja dengan keseluruhan kelas (Stiehler, 1979:374).
b. Bentuk-bentuk Formasi
1) Bentuk Formasi Terikat
Yakni suatu bentuk formasi pengaturan yang ditugaskan pada tempat tertentu dalam suatu ruangan. Bentuk-bentuk formasi terikat :
a) Barisan bersaf
b) Berbanjar
c) Melingkar
2) Bentuk Formasi Bebas
Salah seorang ahli, yaitu Stiehler mengatakan bahwa ini adalah salah satu bentuk formasi yang tidak terikat dimana para murid bebas berdiri disemua tempat dengan batasan yang telah diberikan oleh gurunya, missal :
a) Tidak ada yang berdiri di belakang saya
b) Masing-masing jangan terlalu dekat
2. Metode Jalan Latihan
Pelaksanaan pengajaran olahraga yang demikian ini bersifat kompleks dan organisatoris.
a. Kegiatan Secara Frontal (Frontalbetrieb)
Yaitu suatu metode jalan latihan, dimana murid melakukan latihan yang sama dalam waktu yang sama. Kegiatan yang demikian ini dapat dilakukan serta diterapkan dalam berbagai cabang olahraga dan sangat pas bila diterapkan pada semua jam peljaran.
b. Kegiatan Secara Kelompok (Riegenbetrieb)
Metode latihan yang seperti ini dilakukan secara serempak dari berbagai kelompok dalam satu kelas pada stasiun latihan dimana murid suatu kelompok berlatih sendiri atau berteman secara bergiliran dan setelah itu kembali kedalam suatu kelompok (Schliender, 1966:442).
c. Kegiatan Secara Stasiun (Stasionbetrieb)
Metode ini digunakan untuk pemantapan ketrampilan gerak dan juga untuk membantu para pendidik untuk mengahantar pada penyempurnaan kemampuan fisik. Teknisnya, para murid berlatih dalam sirkuit yang telah disediakan dengan waktu yang sama, tempat dan bentuk latihan yang berbeda-beda dan dilakukan secara berpindah-pindah.
d. Kegiatan Secara Melingkar
Yaitu suatu metode jalan latihan dalam pengajaran olahraga yang berfungsi untuk menyempurnakan kematangan fisik yang bertitik pada kekuatan dan daya tahan peserta. Dalam kegiatan ini para peserta didik akan dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil untuk melakukan latihan fisik yang sederahan beberapa kali berturut pada stasiun dengan perjalan yang berkeliling dengan beban pemulihan yang telah direncanakan sebelumnya (Marsciener,1961:19)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar